TENTANG
SEJARAH LENGKAP LEMBAGA ADAT KESULTANAN RIAU LINGGA
Berasarkan hasil musyawarah yang terdiri dari keluarga cucu cicit dan buyut Tengku Bilik/ Tengku Halimah (Adik Sultan Abdurrahman Muazzam Syah dan Tengku Abdul Kadir (Wakil Sultan atau bendahara Kerajaan Riau Lingga) pada hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1440 H di kediaman Tengku Hindun, telah bersepakat untuk mendirikan sebuah Lembaga Adat yang bernama Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga yang disingkat LAKRL. Hal ini di dukung oleh pihak keluarga keturunan Sultan Abdurrahman Muazzam syah di Singapura dan Malaysia melalui surat pernyataannya untuk memberi kuasa kepada Lembaga ini untuk menjalankan amanah menjaga, memilihara, memulihara dan memanfaatkan aset-aset kesultanan Riau Lingga.
Secara DEFACTO Lembaga ini telahpun berdiri sejak Tahun 2012 dengan nama Lembaga Amanah Kesultanan Riau Lingga, namun seiring dengan dinamika social serta sifatnya maka nama lembaga ini berubah nama menjadi lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga. Ditahun 2018 para pewaris dan
"SK Menkumham RI No AHU--0011077.AH.01-07 tahun 2018"
zuriyat Sultan Abdurrahman Muazzamsyah berusaha megazazkan Lembaga ini dengan kekuatan hukum yaitu terbitnya Akte Notaris No. 04,- Tanggal 4 September 2018 dengan Notaris Robbi Putra, SH, M.Kn. dan Surat Keputusan MENKUMHAM RI No. AHU-0011077.AH.01-07 tahun 2018 zuriyat Sultan Abdurrahman Muazzamsyah berusaha megazazkan Lembaga ini dengan kekuatan hukum yaitu terbitnya Akte Notaris No. 04,- Tanggal 4 September 2018 dengan Notaris Robbi Putra, SH, M.Kn. dan Surat Keputusan MENKUMHAM RI No. AHU-0011077.AH.01-07 tahun 2018
- Latar Belakang dan pernak pernik berdirinya LAKRL -
Ini adalah secuil latar belakang dari sekian banyak kisah yang melatar belakanginya. Pembaca bisa membaca kisah-kisah LAKRL pada buku-buku yang lain. Bermula ditahun 2012 dalam rangka menjalankan amanah dari pada salah satu zuriyat Sultan Abdurrahman Muazzamsyah yakni Tengku Abdurrahman bin Tengku Muhammad Yusuf, keluarga Tengku Bilik seperti Tengku Muhammad Fuad, Tengku Fahmi, Tengku Fauzul dan dan Tengku Fadillah untuk meneruskan pencarian keluarga kesultanan yang terserak. Maka untuk memudahkan jalan pencaharian ini, dibentuklah Lembaga Amanah kesultanan Riau Lingga yang disingkat LAMKARL. Salah satu program kerjanya adalah mencari serta menerima informasi tentang keberadaan keluarga Kesultanan. Ketika informasi dan pencarian itu didapatkan langkah selanjutnya adalah menyusun kembali silsilah keluarga kesultanan. Perioritas utama tentu keluarga Sultan Abdurrahman Muazzamsyah (SARM) dulu.
Ditahun-tahun perjalanannya mencari keluarga, bertemulah dengan seseorang yang bernama Encik Wahab dan mengaku zuriyat SARM. Pertemuan tersebut merupakan bagian penting yang harus diwaspadai sebab ia akan berdampak buruk kedepannya. Awalnya zuriyat tengku Bilik sempat percaya kalau beliau Encik Wahab adalah zuriyat SARM. Encik Wahab mengaku cucu SARM menyebut silsilahnya Abdul Wahab bin Tapa bin Daeng Mongong. Ia berkisah bahwa Daeng Mongong itu adalah SARM. Sebab SARM ketika berperang menggunakan nama Daeng Mongong dan jika di darat ia sering dipanggil Abdurrahman Andak.Cerita ini menurut zuriyat Tengku Bilik merupakan karangan encik wahab saja. Sebab belakangan malah ia mengaku sebagai cicit Sultan Pula dengan silsilah Tengku Abdul wahab bin Tengku Ja’far bin tengku Umar (Tengku Besar) bin SARM. Cerita awal di nasakh dia dan berbuat dengan cerita baru. Kecurigaan Zuriyat Tengku Bilek yang lain adalah encik Wahab ini tidak dikenali sama sekali oleh keluarga besar SARM yang di Singapura maupun di Terengganu. Maka sebagai kesimpulan akhir dari Zuriyat Tengku Bilik untuk encik Wahab adalah “ beliau bukan cicit Sultan”. Namun begitu encik Wahab memiliki pengikut yang yakin ia adalah cicit Sultan. Keyakinan itu karena Encik Wahab memegang dokumen penting SARM. Hanya perihal dokumen-dokumen tersebut jika diteliti akan kita dapatkan kisah tersendiri yang berkait pada kejadian di Istana Terengganu pada pasca sepeninggalan SARM. Kisah tersebut sangat erat kaitan dengan dokumen yang dipegang oleh Encik Wahab. Mau tau ceritanya ? biar pengkut encik wahab buka mata.
Kisahnya ditahun-tahun pasca meninggalnya SARM (wafat 28 desember 1930), di Istana Terengganu telah terjadi pengambilan barang-barang atau sebutlah pencurian benda-benda pusaka secara diam-diam oleh beberapa kerabat SARM. Namun usaha itu diketahui pihak Istana dan mereka dijebloskan kedalam penjara. Namun benda pusaka itu justru sudah terlepas dari pantauan alias tidak dapat diambil kembali pasal sudah berada ditangan orang yang sengaja dititipkan yang kemudian rencananya akan di bawa ke kerajaan Johor. Benda pusaka tersebut berhasil disembunyikan oleh seseorang yang dipastikan buta huruf. Dan orang ini tidak berhasil dilacak. Namun setelah puluhan tahun Sang pembawa benda pusaka tadi meninggal dunia tanpa meninggalkan washiat/pesan kepada anak-anaknya. Pada suatu ketika salah satu puteranya menemukan barang-barang dan surat-surat penting tersebut. Dan barang tersebut dipastikan milik Sultan Abdurrahman Muazzamsyah (SARM). Sang Putera yang boleh kita sebut encik wahab tadi bertanya siapa ayahnya. Dan tidak mungkin orang memegang barang dan surat berharga ini tidak ada kaitannya dengan Sultan Abdurrahman Muazzamsyah. Ketika itulah encik Wahab berkeyakinan kalau Ia adalah cucu SARM. Walau begitu, beliau tidak menemukan silsilah yang pasti tentang susul galurnya. Selanjutnya encik wahab cuba bermain ke Riau (Penyengat) untuk bertemu keluarga Sultan yang lain dan bertemulah dengan cicit-cicit Tengku Bilik yakni Tengku Muhammad Fuad, Tengku Fahmi, Tengku Fauzul dan Tengku Fadillah. Dengan memperlihatkan benda-benda pusaka itu walau barangkali dalam bentuk kopian atau gambar. Mereka cicit-cicit Tengku Bilik tersebut sangat meyakini beliau adalah cucu SARM. Sehingga berinisiatif mendirikan Lembaga Amanah Kesultanan Riau Lingga yang diketuai oleh Tengku Fahmi. Sebab encik Wahab mengaku ia cucu Sultan, maka cicit-cicit Tengku Bilik tadi menyebutnya Ayah Andak. Seiring waktu berjalan, cicit-cicit Tengku Bilik mendapatkan desas desus tentang asal usul encik Wahab ini dan cuba bertanya tentang silsilah encik Wahab, sehingga encik Wahab naik spaning dan tidak mau lagi bertemu dengan cicit-cicit Tengku Bilik tersebut. Dan akhirnya mereka berkeyakinan encik Wahab bukan keturunan dan SARM karena tidak memiliki dokumen silsilah. Akhirnya encik Wahab dan cicit-cicit Tengku Bilek tersebut pecah kongsi dan cuba mendirikan oraganisasinya masing-masing. Diketahui sekarang encik Wahab mendirikan Yayasan Amanah Kesultanan Riau Lingga, sekretariatnya di Batam. Tengku Fahmi berharap Encik Wahab mau menyadari kesilapannya dan mau bekerja sama dengan pihak LAKRL untuk memperjuangkan Riau Lingga.
Tengku Fahmi dengan Lembaga Amanah Kesultanan Riau Lingganya memutuskan untuk vakum dulu dalam rangka mengkaji sejarah yang lebih dalam melalui kajian naskahnaskah lama sebagaimana yang dilakukan sampai saat ini . Selain itu pada masa vakum tersebut, cicit –cicit Tengku Bilik tersebut berupaya mencari keluarga SARM di Terengganu. Dan akhirnya bertemulah dengan satu keluarga dari sebelah Tengku Ismail dan Tengku Usman (mereka berdua anak dari SARM). Dari jalur Tengku Usman cicit-cicit TB ( Tengku Bilik) ini sudah mengenali duluan. Yang di Singapura yaitu Tengku Abdurrahman yang sudah tercatat dalam buku Sejarah Asia bahwa beliau memang benar cicit dari SARM. Mereka yang di Terengganu adalah cicit-cicit dan buyut dari Tengku Ismail. Yang menarik ada keluarga yang memiliki galur dari Tengku Ismail dan Tengku Usman, karena didalam keluarga tersebut ada yang berkahwin dengan sepupu sendiri. Sebut saja keluarga tersebut adalah Tengku Mariamah, Tengku Marzuki, Tengku Maryam, Tengku Hanisah, Tengku Norrin, Tengku Annuar dan Tengku Azlan (semua 7 orang). Untuk diSingapura anak-anak dari alm. Tengku Abdurrahman yang disebutkan tadi antara lain Tengku Nazifah, Tengku Aisyah, Tengku Muhammad syah, Tengku Azmi, Tengku Rafiah, Tengku Muhammad Syafiq, Tengku Abdul Halim (semua 7 orang). Mereka yang disebutkan tadi sampai 2020 saat ini masih hidup. Selain itu Tengku Fahmi dan adek beradek juga berjumpa dengan keluarga SARM sebelah Tengku Ismail yaitu Tengku Azizah alm. di Terengganu). Mengenai Zuriyat SARM dari jalur Tengku Umar Besar, Tengku Abbas, Tengku Muhammad Zain dan putri-putri SARM belum kita temui orang-orangnya. LAKRL salah satu programnya adalah mencari dan mengumpulkan keluarga. Maka ditulisan ini kami membuka hati untuk keluarga Tengku Umar Besar, Tengku Abbas, Tengku Muhammad Zein dan adek beradiknya yang perempuan untuk kembali menyatu dalam ikatan zuriyat SARM. Berkunjunglah ke Penyengat. Namun untuk menghindari pengakuan-pengakuan yang tidak mendasar tentu pihak LAKRL sangat teliti dalam menerima segala pengakuan sebagai zuriyat SARM tersebut.
Lebih kurang 6 tahun vakum lembaga Amanah Kesultanan Riau Lingga tersebut, di tahun 2018 zuriyat TB cuba untuk mendirikan badan yang baru. Atas saran dari pada Suryo Alam ( Sultan Demak disekitar tahun 2018) agar keluarga TB ini mendirikan Lembaga Adat. Akhirnya pada hari raya ke- 2 Idul Fitri 1440 H sepakat cucu cicit TB mendirikan suatu Lembaga yang bernama Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga yang disingkat LAKRL dan ditunjuk Tengku Armizan sebagai anak Lelaki tertua yang masih hidup pada keluarga TB tersebut. Saat itu melalui patungan keluarga baik dari zuriyat SARM dan zuriyat Tengku Bilik untuk mengurusi legalitas lembaga berupa akte notaris dan pengakuan negara. Keluarga SARM baik zuriyat SARM dan Zuriyat TB secara patungan membiayai urusan tersebut. H Anhar Khalid yang juga keluarga dan kerabat zuriyat TB ini bersedia menutupi kekurangan biaya pembuatan akte tersebut . Dan Akhirnya di bulan September 2018 harapan itu terwujud dengan terbitnya Akte Notaris No. 04,- Tanggal 4 September 2018 dengan Notaris Robbi Putra, SH, M.Kn. dan Surat Keputusan MENKUMHAM RI No. AHU-0011077.AH.01-07 tahun 2018 yang disahkan pada 10 September 2018.
Berbalik lagi dengan hal ehwal encik Wahab tadi, di bulan Februari 2019 ketika LAKRL akan mengadakan sosialisasi di Dompak, datanglah seseorang yang mengaku bernama Raja Kobat. Raja Kobat adalah abang kandung dari Encik Wahab. Menurut penuturan Tengku Fahmi, Beliau Encik Kobat datang untuk meminta pengakuan bahwa ia adalah zuriyat SARM yang seharusnya memegang dokumen penting peninggalan SARM, bukan adiknya encik Wahab. Beliau menyebut encik Wahab itu pembohong. Dia selaku anak yang paling tua lebih berhak terhadap benda-benda pusaka yang sampai sekarang dipegang oleh encik Wahab. Namun Tengku Fahmi dengan hormat tidak bisa memenuhi permintaan pengakuan tersebut. Karena mereka encik Wahab dan encik kobat bukan zuriyat SARM. Jika mereka zuriyat SARM, setidaknya pihak keluarga tahu keberadaan mereka. Tapi baik Singapura maupun terengganu tidak mengenali mereka. Keyakinan encik Wahab dan abangnya itu hanya berdasarkan benda-benda pusaka yang dipegangnya. Benda-benda tersebut diyakini oleh zuriyat Tengku Bilik sebagai benda yang pernah hilang dari Istana kesultanan Terengganu. Menurut penuturan Tengku Fahmi benda-benda tersebut sengaja diambil untuk di bawa ke Kerajaan Johor. Yang mengambil adalah oknum kerabat SARM. Namun belum sempat barang barang pusaka tersebut sampai ke Johor, pihak kerajaan Terengganu mengetahui tindakan tersebut, dan oknumnya di tangkap dan dipenjara. Namun barang tersebut sudah terlepas ketangan seseorang yang buta huruf yang diperintahkan untuk dibawa ke Kerajaan Johor. Namun karena ketahuan si pemegang benda-benda berharga itu tak kuasa untuk meneruskan ke Kerajaan Johor, akhirnya di sembunyikan di kediamannya. Berkenaan dengan barang itu anak-anak atau keluarga si pembawa tidak tahu menahu apa yang dilakukan oleh si Pembawa ini. Sampai akhirnya si pembawa tersebut meninggal dunia. Anak-anaknya yang mungkin secara tidak sengaja melihat barang itu ada dirumahnya, dan barang itu milik SARM, berkeyakinan bahwa Bapaknya sebagai pembawa barang yang dititipkan adalah anak SARM. Tengku Fahmi juga mengatakan salah satu kerabat SARM alm. Tengku Hasan mengatakan bahwa barang-barang peninggalan SARM itu terpelihara baik di Istana Terengganu. Berkenaan benda-benda pusaka yang hilang itu memanglah hilang dicuri dan tidak diketahui keberadaanya. “Jika ada yang mengaku telah memegang barang-barang atau benda berharga milik SARM, bisa dipastikan barang tersebut adalah barang curian” kata alm. Tengku Hasan. Dari beliaulah cerita-cerita ini Tengku Fahmi dapatkan. Maka Tengku Fahmi cuba mengaitkan cerita dengan apa yang telah dipegang oleh encik Wahab. Jika melihat begitu yakinnya para pengikut encik Wahab di Indonesia bahwa encik Wahab memang pewaris dari SARM karena memegang benda-benda pusaka SARM, Tengku Fahmi juga meyakini bahwa benda yang hilang itu sekarang ada ditangan encik Wahab yang juga dikleim oleh abangnya encik Kobat. Kenapa barang tersebut dititipkan kepada orang yang buta huruf ?. Sebab jika dititipkan kepada orang bisa membaca sudah dipastikan barang tersebut akan disalah gunakan. Salah satu dari benda-benda tersebut adalah surat-surat penting.
Yayasan Amanah kesultanan Riau Lingga dibawah kepemimpinan encik Wahab saat ini sedang eksis memperjuangkan kekayaan SARM. Namun belum menampakkan hasil. Untuk mengambil hati masyarakat mereka bergerak dibidang sosial dan keagamaan. Begitu halnya dengan Zuriyat Tengku Bilek dengan kendaraan LAKRL mencoba merealisasikan program-programnya. Hal penting untuk dilakukan kata Tengku Fuad wakil ketua LAKRL adalah mencari keluarga. Kami bukan mencari harta. Insya Allah jika keluarga yang kita cari harta atau rezki itu akan datang sendiri. Tapi jika cari harta tidak ada keberkahan, keluarga bisa lari dan saling iri. Jika berbicara harta pusaka atau benda-benda yang hilang tadi, seolah LAKRL dipersepsikan sebagai lembaga yang mencari harta. Itu salah besar. Keberadaan LAKRL adalah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa melayu di Kepulauan Riau Khususnya karena “ melayu harus ber “Sultan”. Jika melayu tidak ber Sultan. Sekarang kita boleh lihat sendiri nasib orang melayu di negeri ini. Apakah Zuriyat Tengku Bilik yang mendirikan LAKRL ini berambisi ingin menjadi Sultan ?. Prasangka itu kata salah satu pengurus LAKRL Said Ubaidillah “ itu lebay”. Masalah siapa yang berhak menjadi Sultan akan di musyawarahkan secara adat tentunya. LAKRL akan menempatkan sesuatu itu pada tempatnya. Apa yang telah dijelaskan diatas berkenaan latar belakang berdirinya LAKRL tidaklah itu saja. Namun banyak kisah yang melatar belakanginya. Namun setakat itu saja sebagai salah satu latar belakang terwujudnya lembaga yang satu ini. Pembaca bisa membaca pada tulisan-tulisan lainnya, berkenaan arah dan perjuangan LAKRL.